7

Penghormatan Bagimu Tokoh Pekerjaan Umum Atas Pengabdian dalam Membangun Negeri

Untuk tahun ini dalam rangka peringatan Hari Bakti PU ke-76, Perum Jasa Tirta I memperingatinya dengan melaksanakan kegiatan tabur bunga dan upacara penghormatan secara serentak di beberapa makam para Menteri PU selalu tokoh Pekerjaan Umum.

Untuk wilayah Sumatera Utara, kegiatan dilakukan dengan upacara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Bukit Barisan, Medan. Takziah ini dilakukan di makam mantan Menteri Pekerjaan Umum Kabinet Darurat, Bapak Ir. Mananti Sitompul. Kegiatan dipimpin oleh Kepala Divisi Jasa ASA V, Didik Ardianto beserta jajaran staf PJT I di wilayah sungai Toba Asahan.

Mananti Sitompul adalah Menteri Pekerjaan Umum merangkap Menteri Kesehatan pada Kabinet Darurat dengan masa bakti mulai 19 Desember 1948 – 4 Agustus 1949. Kabinet tersebut terbentuk pada masa ketika Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara untuk memimpin sementara. Tak hanya itu saja, Mananti Sitompul juga pernah kembali dipercaya sebagai Menteri Pekerjaaan Umum dan Menteri Perhubungan pada Kabinet Halim dengan periode
kerja 21 Januari 1950 – 06 September 1950. Bagi warga di tanah kelahirannya, sosok Mananti Sitompul dikenang sebagai Putra Luat Pahae yang berjasa dan dialah orang Batak pertama yang menjadi menteri.

Tabur bunga juga dilaksanakan di makam mantan Menteri PU lainnya, yakni di makam Ir. Sutami selaku Menteri PU tahun 1964 – 1978 yang namanya diabadikan sebagai nama Bendungan di Brantas. Beliau meninggal tahun 1980 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta. Kegiatan tabur bunga dilakukan oleh perwakilan milenial PJT I.

Untuk di Wilayah Jawa Tengah, tabur bunga di makam Ir. Soenarno, Dipl. HE selaku Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001 – 2004 di Laweyan, Solo. Bapak Soenarno merupakan salah satu tokoh PUPR yang menaruh perhatian besar pada infrastruktur kerakyatan, diantaranya pembangunan sejumlah jembatan di daerah terpencil seperti Jembatan Sari di Sragen yang melintas di atas Sungai Bengawan Solo. Adapun kegiatan tabur bunga dilakukan oleh Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Bapak Raymond Valiant Ruritan.

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meneladani setiap pengorbanan dan pengabdian yang diberikan dalam pembangunan infrastruktur sumber daya air di Wilayah PJT I. Ini adalah salah satu cara bagi PJT I untuk melakukan penghormatan. Dengan kembali mengenal sejarah, kiranya akan menumbuhkan semangat untuk melanjutkan perjuangan dalam merawat dan memelihara infrastruktur yang dihasilkan atas pengorbanan pendahulu kita.

8

Peringati Hari Bakti PU, Jasa Tirta I Lakukan Penghormatan Di Monumen Bedol Desa Wonogiri

Kualitas manusia dinilai dari apa yang dilakukannya untuk orang lain, bukan hanya untuk dirinya semata. Karena itulah pengorbanan yang diberikan, menjadikan manusia memiliki nilai hidup yang berbeda. Pesan ini lah yang tertangkap saat kita melihat monumen Bedol Desa di kawasan Bendungan Wonogiri. Monumen ini berada di area green belt, sisi kanan tubuh bendungan.

Monumen Bedol Desa dibangun untuk mengenang pengorbanan dari 68.000 penduduk dari 7 Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Untuk dapat menyelesaikan pembangunan bendungan, penduduk dari 51 desa ini harus rela meninggalkan kampung halamannya yang tenggelam terisi air Waduk Gajah Mungkur. Pemerintah memindahkan penduduk setempat ke Pulau Sumatera. Program ini dikenal dengan istilah transmigrasi bedol desa.

Monumen bedol desa berbentuk patung yang menggambarkan satu keluarga lengkap yang terdiri dari bapak, ibu dan kedua anaknya. Sang ayah tampak menghadap ke arah waduk dengan melambaikan tangan sebagai simbol perpisahan dengan kampung halamannya.

Pengorbanan ribuan warga ini menjadi pondasi dari Bendungan Wonogiri yang saat ini dapat berfungsi sebagai pengendali banjir sekaligus penyedia air baku untuk irigasi, air minum, PLTA, serta kebutuhan masyarakat lainnya di sepanjang aliran Bengawan Solo.

Jumat, 3 Desember 2021 dalam rangka peringatan Hari Bakti PU, Perum Jasa Tirta I melaksanakan upacara penghormatan di lokasi monumen Bedol Desa. Upacara dipimpin langsung oleh Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan dan diikuti oleh segenap karyawan PJT I Wilayah Sungai Bengawan Solo. Upacara ini diselenggarakan untuk memberikan penghormatan atas pengorbanan warga untuk pembangunan Bendungan Wonogiri.

Selain upacara, juga dilakukan tabur bunga di makam Ir. Soenarno, Dipl. HE selaku Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001 – 2004 di Laweyan, Solo. Bapak Soenarno merupakan salah satu tokoh PUPR yang menaruh perhatian besar pada infrastruktur kerakyatan, diantaranya pembangunan sejumlah jembatan di daerah terpencil seperti Jembatan Sari di Sragen yang melintas di atas Sungai Bengawan Solo.

Dihubungi Sabtu, 4 Desember 2021 Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meneladani setiap pengorbanan dan pengabdian yang diberikan dalam pembangunan infrastruktur sumber daya air di Wilayah PJT I. “Ini adalah salah satu cara bagi kami untuk melakukan penghormatan. Dengan kembali mengenal sejarah, kiranya akan menumbuhkan semangat kami untuk melanjutkan perjuangan mereka dalam merawat dan memelihara infrastruktur yang dihasilkan atas pengorbanan pendahulu kami.” tutur Raymond.

Selain di wilayah Wonogiri dan Solo, rangkaian kegiatan upacara dan tabur bunga juga dilaksanakan secara serentak di wilayah lainnya. Diantaranya Monumen Romusha di Terowong Tulungagung Selatan, monumen Pathok Loding di Bendungan Wlingi, dan tugu Metro di Kepanjen, Malang.

Sedangkan untuk menghormati para tokoh PU, selain tabur bunga di makam Ir. Soenarno, Dipl. HE, juga dilakukan di makam Ir. Sutami selaku menteri PUPR tahun 1966-1978 di TPU Tanah Kusir, Jakarta, dan Ir. Mananti Sitompoel selaku Menteri Pekerjaan Umum pada kabinet darurat tahun 1948-1949 di TMP Bukit Barisan, Medan.

9

Mengenal Monumen Bersejarah Di Sejumlah Bendungan Yang Dikelola PJT I

Pencapaian besar selalu membutuhkan pengorbanan yang besar pula. Pepatah ini bukan hanya sekedar tulisan tanpa makna. Setidaknya, itulah yang terjadi pada proses pembuatan beberapa infrastruktur sumber daya air yang saat ini dikelola oleh PJT I. Terdapat sejumlah monumen bersejarah yang saat ini masih menyimpan sejumlah kisah tragis dibalik megahnya bangunan Bendungan maupun infrastruktur lainnya.

Monumen pertama adalah Monumen Metro atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tugu Metro. Tugu ini terletak di tepi Jembatan Metro yang berada di wilayah Kepanjen, Kabupaten Malang. Tugu ini dibangun untuk menandai kecelakaan tragis yang terjadi beberapa tahun silam, tepatnya pada 21 November 1985 di lokasi setempat. Sore itu kendaraan truk proyek yang mengantar pulang 80 orang pekerja Proyek Bendungan Sengguruh terjatuh dan meluncur masuk ke jurang Sungai Metro. Sebanyak 49 orang meninggal dunia, dan sisanya luka-luka. Monumen ini berbentuk empat buah bangunan serupa sayap yang mengapit papan trapesium bertuliskan nama para korban. Peristiwa ini menjadi bagian kisah pilu semasa pembangunan Bendungan Sengguruh yang saat ini berfungsi sebagai salah satu pengendali banjir dan menyuplai kebutuhan PLTA di sistem Sungai Brantas.

Berikutnya adalah monumen yang berada di area genangan waduk dari Bendungan Wlingi, Blitar. Monumen ini dikenal dengan sebutan Pathok Loding, karena bentuknya yang menyerupai pasak (bahasa jawa : pathok) dengan tumpukan batu di bagian atasnya. Monumen ini dibangun untuk mengenang pengorbanan dari para pekerja dan tenaga ahli yang gugur pada masa pembangunan Bendungan Wlingi (1974 – 1977). Salah satu peristiwa tragis yang terjadi adalah tergulingnya perahu yang mengangkut para insinyur Jepang pada saat hendak melalukan survey perencanaan bendungan. Terdapat 5 nama orang insinyur Jepang dan 11 nama pekerja proyek yang terpahat pada tumpukan batu yang ada di bagian atas monumen. Dengan pengorbanan tersebut, terbangunlah Bendungan Wlingi yang saat ini bermanfaat untuk menyuplai kebutuhan irigasi seluas 12 ribu hektar sawah melalui saluran Lodagung serta membangkitkan PLTA dengan kapasitas 2 x 27 MW.

Monumen lainnya yang juga menyimpan kisah tragis terdapat di wilayah Tulungagung Selatan. Pada masa penjajahan (1942 – 1945), Jepang melaksanakan sistem kerja paksa atau romusha untuk membangun saluran sudetan banjir dengan mengalirkan air melalui terowongan yang menembus bukit Neyama (Gunung Selatan) untuk dibuang langsung ke Samudera Hindia. Ribuan warga Tulungagung, Blitar dan Kediri dipaksa untuk bekerja membangun Parit Raya dan menggali terowongan. Mereka dipekerjakan tanpa upah dengan penuh penderitaan dan kelaparan. Ditambah dengan adanya wabah malaria pada saat itu, mengakibatkan banyak pekerja yang meninggal dunia karena penyakit dan kelelahan. Jasad mereka dikuburkan di bukit Neyama tidak jauh dari lokasi terowongan yang digali. Pembuatan terowongan ini gagal dan terhenti. Tahun 1986, proyek kembali diteruskan oleh Pemerintah. Dan untuk mengenang jejak kekejaman romusha ini, dibuatlah sebuah monumen di kawasan Terowongan Neyama yang bernama Monumen Sukamakmur.

Dalam rangka peringatan Hari Bakti PU ke-67, PJT I melaksanakan kegiatan tabur bunga dan upacara penghormatan secara serentak di sejumlah monumen bersejarah tersebut. Selain itu, dilakukan juga takziah ke beberapa makam para Menteri PU. Diantaranya ke makam Ir. Sutami selaku Menteri PU tahun 1966 – 1978 sekaligus Tokoh PU yang namanya diabadikan sebagai nama Bendungan di Brantas. Beliau meninggal tahun 1980 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta. Selain itu tabur bunga juga dilakukan di makam Ir. Soenarno, Dipl. HE selaku Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001-2004 di Solo, dan Ir. Mananti Sitompoel selaku Menteri Pekerjaan Umum pada kabinet darurat tahun 1948-1949 dan 1950.

Dihubungi Sabtu, 4 Desember 2021 Direktur utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meneladani setiap pengorbanan serta pengabdian yang diberikan dalam pembangunan infrastruktur sumber daya air di Wilayah Kerja PJT I. “Ini adalah salah satu cara bagi kami untuk melakukan penghormatan. Dengan kembali mengenal sejarah, kiranya akan menumbuhkan semangat kami untuk melanjutkan perjuangan mereka dalam merawat dan memelihara infrastruktur yang dihasilkan atas pengorbanan para pendahulu kami.” tutur Raymond.